belajar dari tanah.. menundukkan kepala (pikiran)

M

enunggu angkutan kota lewat...

Kepala saya rasa nya berat. Ada beberapa hal yang saya pikirkan, di sisi lain sisa demam belum hilang.

Beberapa saat kemudian, angkutan kota yang saya tunggu lewat. Saya dapat tempat di belakang berdekatan dengan beberapa orang. Saya masih sibuk memilih pikiran apa yang enak dan rasa yang enak di hati. Sayup2 saya dengar pembicaraan yang lumayan agak keras. "Bu, saya ini jengkel.. kenapa A begini dan begitu...apapun yang saya lakukan rasa nya nda ada bener nya...salahhhh terus" Sepintas kalimat itu yang saya dengar.

Malam hari nya, saya mendapat telpon dari teman lama. Yang inti nya cerita kalau dia sering disalah-salahkan. Dia bertanya pada saya, apa yang harus dilakukan. Jujur, saya belum tahu harus menjawab apa. Saya cuma bisa berkata "sabar..." Dan dengan cepat dia menjawab, "Yah.. sabar kan ada batas nya???... gimana sih...Wah, kamu di curhati jawab nya cuman satu kata itu aja. Sudah capek ngomong panjang lebar" Wah..giliran saya yang mendadak buntu harus menjawab apa, sementara pengaruh obat mulai terasa, dan membuat saya mengantuk. Saya tanya balik, "Lha, kamu pengen nya apa?" Giliran diam nda jawab..Lho...piye...?

Tapi, hari ini saya belajar sesuatu dari tanah.

Menatap tanah tempat ku berpijak, saya mengerti kenapa saat saya sedang banyak pikiran dan menundukkan kepala, secara tidak langsung saya meminjam energi tanah. Di saat yang sama, pikiran yang banyak itu menyeruak hilang. Itu karena tanah punya energi MENERIMA. Tanah digunakan berpijak banyak orang, gedung2 besar.. gunung... Terbayang betapa kuat nya tanah ini. Tanah mengajarkan untuk menerima. Bahkan dia juga menerima kita bila kita meninggal. Silence acceptance. Teringat ucapan sahabat saya, "Nerimo ing Pandum"

Kita bertemu dengan orang yang menyalahkan kita, terima saja. Tidak pernah ada orang yang 100% benar. Kerjakan saja apapun itu sebaik mungkin dengan sepenuh hati. Bila kita bertemu dengan orang yang menjengkelkan karena menyalah2kan, dia adalah selain guru ikhlas.. dia juga guru kebijaksanaan. Bukan karena dia mengajarkan kebijaksanaan, tapi kita menjadi lebih bijaksana.

Syukuri apa pun yang di depan mu, karena dia guru ikhlas dan guru kebijaksanaan
Sabar atas apa pun yang menimpa mu, karena Allah memberi kita dua telinga dengan satu mulut. Tidak perlu di balas balik. Dengarkan saja. Lidah kita cuma satu, kan? sementara telinga ada dua, kan?Silence acceptance
Fokus atas apa pun yang kau pikir dan kau rasa enak, karena kejadian itu adalah kunci pesanan mu
Tenang atas pikiran2 yang terlintas di kepala mu, karena lebih enak merasa kan apa yang enak di hati
Bahagia atas hasil yang kita dapat. Ingat ucapan sahabat saya, Bahagia tanpa alasan

Allah, Dia Yang Maha Tahu dan Maha Mendengar...

Insya Allah, doa kita semua sedang dalam proses di kabulkan. Apa pun itu.





0 comments:

 
© free template by Blogspot tutorial